Menikmati Masakan Indonesia di Warung Ibu Deden Istanbul Turki




Assalamualaikum!

Halo hai! Lama tidak berjumpa! Blog terpaksa dicuekin sejak persiapan umroh sampai saya pulang dari tanah suci. Saya riweuh sendiri karena ini adalah pengalaman pertama pergi umroh dengan suami. Alhamdulillah, tuntas sudah. Selama umroh kami berdua bisa menikmati ibadah dengan tenang tanpa kendala dan kembali ke tanah air dengan selamat.

Saya berangkat umroh lewat agen travel selama 9 hari. Kebetulan paket umroh yang dipilih adalah paket umroh plus tur transit Turki. Judulnya transit, tentu waktunya nggak bisa lama. Yaitu cuma seharian sejak pesawat mendarat di Istanbul pas subuh dan sampai waktunya naik pesawat pukul 9 malam ke Madinah.

Jalan-jalan ke mana aja di Istanbul? Kami mengunjungi Mesjid Ayyub Al-Anshari untuk shalat subuh, melewati Gorden Horn Bay, Old C.Walls, sarapan, toko oleh-oleh, toko kulit, Museum Panorama 1453, makan siang, Blue Mosque untuk shalat Dhuhur dan Ashar, Hippodrome, dan makan malam.




Rombongan umroh kami ditemani oleh guide setempat yang bernama Zack. Zack sangat fasih berbahasa Indonesia, jadi tidak ada masalah komunikasi dan bahkan bisa diajak bercanda. Tapi jamaah suka iseng meledek Zack dengan bahasa Sunda, heuheuheu.

Sekarang, saya mau cerita tentang masakan Indonesia di Turki.

Usai melihat-lihat Mesjid Ayyub Al-Anshari (yang di dalamnya terdapat makam sahabat Rasul bernama Ayyub Al-Anshari), kami diajak sarapan masakan Indonesia. 

Mesjid Ayyub Al-Anshari dan makam di dalam mesjid dan sekitarnya

Hmm, kenapa harus masakan Indonesia ya? Oh iya, kan nanti ada makan siang dan makan malam hidangan Turki. Maunya saya sih semua jadwal makan dikasih makanan Turki. Kalau bisa macem-macem biar tahu dan nggak bosen. 

Lanjut lagi. Kami berjalan kaki dari pinggir jalan karena bus tidak bisa lewat kawasan pertokoan. Begitu pintu bus dibuka... brrr, saya merinding kedinginan! Cuaca sedang gerimis dan udara lumayan dingin buat saya yang baru pulih dari meriang. Sambil menggigil dan merapatkan jaket plus pakai payung, saya berjalan cepat supaya segera sampai ke tujuan. Hwaaa, dingin banget!

Nggak lama kemudian kami pun sampai. Ini rumah makannya?

Pintu masuk Warung Ibu Deden

Agak kaget juga karena kami harus turun tangga untuk masuk ke Warung Bu Deden. Di pintu rumah makan ada logo berupa foto Bu Deden yang tersenyum manis menyambut pengunjung. Dinding di samping tangga terpampang foto-foto orang terkenal yang pernah mampir. Saya nggak merhatiin sih siapa aja.

Saat masuk, kami berpapasan dengan grup rombongan turis Indonesia yang sedang transit juga. Saya tahu karena sebelumnya kami berada satu pesawat dari Jakarta. Wajar saja pelayan jadi harus bergerak cepat membereskan meja dan menyiapkan makanan untuk kami. 

Saya dan suami langsung duduk di meja bundar dekat tangga yang muat untuk delapan orang. Meja lainnya ada yang berbentuk panjang dan juga bundar. Di seberang meja terlihat dapur dan meja prasmanan. Makanan kami tidak disajikan di meja prasmanan dan dihidangkan ke meja masing-masing. 

Sambil menunggu, saya penasaran kira-kira menu Indonesia apa yaa yang bakal disajikan? Ini dia...

Nasi goreng

Nasi goreng dan nasi putih

Orak-arik telur dan sayuran

Ditambah ayam goreng yang agak keras. Selamat sarapan!

Sudah, itu saja.

Rasanya gimana? Yah lumayan buat yang lagi lapar. Walaupun jauh banget dari ekpektasi. Nasi goreng rasanya standar. Nasi putih dan nasi goreng dibuat dari beras yang butirannya berukuran besar.

Orak-arik telur berwarna kehijauan karena dicampur dengan sayur. Sayur apa saya juga kurang paham karena main huap aja, hehe. Ditambah sedikit tomat, orak-arik sayur ini lumayan jadi inspirasi sarapan di rumah kapan-kapan. Cuma, kudu ditambahin sedikit garam karena rasanya sedikit hambar.

Berikutnya, ada ayam goreng dalam potongan kecil. Saya nggak sempat foto karena keburu ludes diserbu jamaah lain, hehe. Dapat nih, ayam potongan dada. Pas digigit, eng... kok keras ya. Ayamnya sudah dingin. Mungkin tadi dihangatkan dulu jadinya kering begini. Padahal bukan ayam saja yang butuh kehangatan, saya pun butuh kehangatan karena kedinginan...

Beruntung ada teh tawar panas buat menghangatkan badan yang kedinginan. Jadi semua makanan dingin itu bisa bersemayam dengan nyaman di perut. Jika saya googling dan melihat review di internet, sepertinya baru memuaskan jika menu yang dikeluarkan adalah menu berikut...

Sop buntut andalan (sumber foto: Fanpage Warung Ibu Deden)
Menurut review, katanya sop buntut di Warung Ibu Deden rasanya enak. Sebenernya bisa aja sih saya minta menu tambahan. Tapi saya lagi males. Untung itu tidak saya lakukan, karena -kata review juga- harga sop buntut tersebut bakal menguras dompet, hehe.

Oia, saya juga tidak menemukan sambal yang menurut review bilang rasa sambal terasinya juara. Mungkin penampakannya disajikan bareng dengan potongan ayam yang lebih besar seperti di foto berikut...

Ayam goreng yang bersanding dengan sambal
(sumber foto: Fanpage Warung Ibu Deden)

Kenapa menu yang disajikan untuk rombongan saya cuma itu ya? Mungkin memang itu menu untuk sarapan. Atau... karena kami cuma rombongan turis transit. Pelayanan disesuaikan. Ada harga ada rupa.

Dugaan saya, perlakuan servis dibedakan antara grup wisatawan transit dengan grup wisatawan khusus tur Turki. Iya dong, kan wisatawan tur turki sudah membayar lebih karena durasi tinggal yang lebih lama. Bukan grup wisatawan numpang lewat seperti kami. Ah ya mungkin seperti itu. Saya sih pasrah aja. Sudah bisa mampir dan tahu seperti apa Turki saja sudah bersyukur, hehehe.

Karena merasa tidak puas, saya nggak banyak mengambil foto di Warung Ibu Deden. Sila googling sendiri, ya. Bayangkan sebuah tempat makan yang ada di basement tanpa jendela. Kualitas pelayanan juga seadanya. Maklum, rombongan grup wisatawan transit yang datang nggak habis-habis. 

Sebelah kiri tangga. Tiga meja bundar ada di ujung.
(sumber foto: restaurantguru.com)

Kalau googling lagi dan baca review dari pengunjung sebelumnya, banyak juga yang puas dengan setelah makan di Warung Ibu Deden. Jadi, memang benar ada perbedaan servis untuk grup wisatawan transit dan grup wisatawan tur Turki.

Bagi grup wisatawan tur Turki yang tinggal selama berhari-hari, tentu saja servis harus memuaskan. Dengan bayaran yang disesuaikan, para wisatawan bisa mendapat ruangan khusus, dilayani oleh pelayan dengan baju khas Turki, menu yang istimewa, bahkan dapat hiburan live music dan merchandise magnet kulkas.

Sepertinya ini ruangan yang berbeda dengan tempat saya makan
(sumber Fanpage Warung Ibu Deden)

Dalam ruangan pada foto di atas, dijajakan juga oleh-oleh khas Turki. Jadi sambil makan bisa sekalian belanja oleh-oleh. Oia saya kurang paham apakah paket kumplit tersebut  masih ada atau tidak di Warung Ibu Deden. Saya hanya melihat dari foto-foto yang ada di Facebook Fanpage Warung Ibu Deden saja.

Tambahan lagi (menurut review yang saya baca) buat grup wisatawan tur Turki mampir ke Warung Ibu Deden itu bagaikan oase yang menyegarkan. Bayangkan, wisata keliling Turki dan disuguhi makanan Turki selama beberapa hari berturut-turut. Belum tentu semua makanan cocok di lidah Indonesia kita. Pas ketemu masakan Indonesia di Turki, langsung girang deh! Apalagi makanan yang disajikan adalah menu andalan Warung Ibu Deden yaitu sop buntut.

Kesimpulannya: kalau mau puas makan di Warung Ibu Deden, jangan ikut makan menu untuk grup wisatawan transit. Bayar sendiri kalau mau, bukan dibayarin oleh paket tur transit. Etapi saya nggak tahu juga sajian makan siang atau makan malam di Warung Ibu Deden untuk grup wisatawan transit. Yang pasti bukan kayak menu sarapan seperti yang saya makan.Bisa aja berbeda dan mungkin menunya lebih memuaskan.

Segitu aja cerita dari saya.

Agak males bikin penjelasan panjang kali lebar kali tinggi buat review Warung Ibu Deden. Nggak biasanya saya males motret suasana tempat makan. Nggak kepo minta daftar menu dan ngobrol sama pelayannya. Bawaan saya cuma pengen beresin makan lalu pergi dari tempat ini, hehe.

Buat postingan berikutnya nanti saya mau cerita tentang makan siang dan makan malam masakan Turki. Tunggu tayangnya di blog ini, ya!

Akhir kata, saya ingin menucapkan alhamdulillah. Terima kasih, Ya Allah karena sudah diberi kesempatan bisa menginjakkan kaki ke kota Istanbul Negara Turki. Bisa menikmati paduan kuliner Indonesia dan Turki yang unik di Watung Bu Deden. Andai suatu saat saya kembali lagi ke Istanbul, saya pasti akan pilih tempat makan yang lain ^_^

Komentar